Rabu, 23 Maret 2011

Dia selalu menantiku...

Tok...tok...tok..”
Ketukan dari pintu yang tadi sengaja kututup perlahan, dan kukunci, dengan harapan tak ada yang mengganggu.
“Tok...tok...tok...”
Ingin rasanya membuka pintu itu, tapi..... aku sedang melakukan apa yang Dia tidak inginkan.
 Rasanya aku harus berbohong lagi. Klik.. gelap seketika...
“Aku mau tidur...” jawabku
“Tok..tok...tok”
“AKU MAU TIDUR !!!”
“Tok..tok..tok...”
“......”
...
Kubuka sedikit pintu, dengan harapan paling tidak Ia mengintip apa yang sedang aku lakukan. Dengan alkitab di tanganku, dan komputer menyala di depanku. “Ini untukMu...” kataku dalam hati.

Kubuka pintu, berteriak “ mari masuk..”. Ingin rasanya kutunjukan sesuatu yang ada di tanganku kepadaNya, Alkitab yang sedang kubaca, dan sebuah buku lain yang telah kutulis. Ingin kuserahkan langsung kepadaNya dengan senyum mengembang dan mendengar Dia mengatakan kata HEBAT...

“Tok..tok...tok...” Kembali terdengar ketukan lembut dari balik pintu.
Ingin rasanya berkata bahwa sekarang bukan saat yang tepat, aku terlalu lelah, terlalu pusing, terlalu stress, terlalu sibuk. Tapi aku tidak tega, aku tidak ingin mengatakan itu, Hanya diam jawabanku. Dan saat ketukan itu berlalu, aku menghela nafas panjang.

“Tok...tok...tok...” ketukan itu kembali hadir di saat yang tak tepat.
Di saat sengaja kukunci pintu, menutup rapat pintu itu sedemikian rupa, sehingga tidak ada yang tau bahwa aku sedang menitikan sedikit air mata, menutup kepalaku dengan guling, dan membiarkan malam berlalu.
“Tok...tok...tok...”
“......”
“Tok..tok...tok...”
Ada sebuah surat menyembul dari bawah pintu yang kututup rapat. Surat dari kertas sederhana, dengan tulisan sederhana, tanpa nama, berbunyi :
“Sayang sekali kita harus dipisahkan oleh sebuah pintu, yang tanpa kau ketahui, ada sebuah lubang kecil di sisi yang satu lagi, dimana Aku bisa melihat dirimu kapanpun.  
Ketukan itu bukan untuk mengganggumu, ketukan itu untuk mengingatkanmu bahwa Aku selalu rindu akan dirimu. Bahwa aku selalu melihatmu, peduli denganmu, dan takkan membiarkanmu jatuh lebih dalam lagi.
"Sayangnya, saat kau menutup pintu itu, menandakan dirimu tidak mau melihatKu, dan tak mau terlihat olehKu. Dan saat kau membuka pintu itu, kamu sangat berharap Aku melihatmu tanpa kau harus melihatKu.
Bukan itu yang kuingini. Bukan pintu yang kuinginkan. Seandainya pintu itu diganti dengan jendela, engkau akan selalu melihat bahwa aku selalu berdiri di sisi ini, melihatmu, berharap Engkau melihatku juga, paling tidak menyadari kehadiranKu.
Karena Aku sungguh mengasihimu, dan takkan kubiarkan dirimu jatuh dalam dosa dan menjatuhkan diri sendiri kepada dosa, yang sama, lagi dan lagi.
 Karena engkaulah alasan kenapa Aku selalu berdiri di sini, yang selalu mengetuk saat engkau tutup pintu ini.” Aku MENGASIHIMU anakku karena Aku lah Bapamu...

Air mataku menetes, dan seketika aku sadar betapa setianya Dia menungu dan menjagaku.
Bapa tempat aku mengadu, tempat aku mencurahkan segala isi hatiku, Bapa yang selalu memberikan tanganNya ketika aku terjatuh...
tetapi kadang aku selalu mengabaikan Dia ketika aku sibuk....

“Ku akan berjuang sampai akhirnya Kau dapati aku tetap setia. Ampuni aku Yesus..”

From deepest my Heart,

2 komentar: